Selasa, 22 Juli 2008

L.A. Light Saosin Concert In Jakarta



Jakarta - Mereka tidak memiliki modal besar untuk tampil di Jakarta. Dibandingkan dengan sejumlah kelompok musik yang sebelumnya, seperti Muse, Good Charlotte, Hoobastank, atau Boyz II Men, nama Saosin memang belum terlampau mendunia.
Namun, siapa sangka, konser kelompok musik asal California, Amerika Serikat di Tennis Indoor Senayan, Minggu (20/5) malam, disesaki penonton. Lebih dari 90 persen dari 3.800 tiket yang disediakan Java Musikindo, promotor konser ini, ludes.
Adapun Jakarta merupakan kota pertama Asia yang mereka kunjungi. “Kami nerveous karena ini kota pertama kami di Asia,” ujar Justin Shekoski, gitaris Saosin beberapa jam sebelum konser berlangsung.
Saosin yang terdiri dari Justin Shekoski (gitar), Cove Reber (Vocalis), Beau Burchell (gitar), Chris Sorenson (bas), dan Alex Rodriguez (dram) terbentuk di 2003 dengan formasi awal Justin Shekoski dan Beau Burchell. Tapi mereka baru menjajaki dunia major label pada 2005. Di negeri asalnya sana, album mereka, Translating The Name, beredar cukup memuaskan di bawah sebuah label indie.
Baru ketika Howard Benson yang juga memproduseri My Chemical Romance mengajak mereka menelurkan album bertajuk nama mereka sendiri, Saosin EP, angka penjualan melambung tinggi di luar perkiraan mereka. Di Indonesia sendiri, Saosin baru masuk di bawah label EMI tahun lalu dengan album ketiga, Saosin.
Pengalaman konser bersama dengan band-band besar lainnya pun mereka mulai dari sini. Awal tahun ini, mereka menjalani konser Taste of Chaos 2007 bersama dengan grup emo-rock lainnya, The Used dan 30 Seconds to Mars.
Meskipun baru pertama kali di Asia--menyambung konser yang baru saja mereka jalani di Perth, Australia--menurut mereka panggung ini adalah panggung terbesar bagi mereka. “Ini panggung kami yang paling besar, di Amerika saja kami belum pernah bermain di panggung sebesar ini,” ujar Justin.
Lama dan Baru
“Mau lagu lama atau lagu baru?” ujar Cove Reber, yang menggantikan vokalis lama Saosin, Anthony Green, sejak peluncuran album EP mereka, kepada penonton di pertengahan konser.
Sebuah lagu lama pun digeber. Namun, penonton rupanya mengenal lagu-lagu lama mereka, seperti “Translating the Name” dan “Seven Years” dari album pertama ketika masih di label indie. Cove sadar benar bahwa tidak banyak lagu dari album baru maupun album lama yang dikenal penonton Indonesia.
Alhasil, ia pun mencampur aduk antara lagu-lagu dari album lama dan album baru. Tidak kurang dari 15 lagu yang mereka bawakan dalam waktu sekitar 90 menit.
Cove yang bersuara tinggi ini tidak terlalu sering menyapa penonton. Satu-satunya kalimat yang paling sering ia lontarkan adalah “terima kasih” yang langsung disambut teriakan histeris penonton. Namun, sekalinya berbicara banyak, Cove tidak segan menceritakan pengalaman mereka pada malam sebelumnya.
“Siapa yang pernah merasakan daging kobra, angkat tanganmu!” katanya. Tentu saja, hanya sedikit yang mengangkat tangan karena tidak banyak orang Jakarta yang pernah menikmati dagingnya. Sementara Saosin malah sangat menyukainya.
Di antara beberapa kelompok musik yang berkonser di Jakarta, mereka memang memiliki antusiasme yang paling tinggi. Ketika baru tiba di bandara, mereka langsung mengajukan daftar beberapa tempat yang ingin mereka kunjungi di sini, salah satunya adalah restoran yang menjual hidangan yang diolah dari daging kobra, monyet, kelelawar, dan biawak. Mereka menemukannya sebagai hasil pencarian melalui internet.
Di malam harinya mereka langsung menuju ke sana. Hasilnya? Foto-foto mereka ketika menikmati hidangan tersebut terpampang di layar yang terdapat di kiri dan kanan panggung sebelum mereka menggebrak dengan lagu pertama, “It’s Far Better To Learn”.
Tidak mengherankan jika pada akhirnya mereka menjanjikan sebuah kunjungan kembali ke Jakarta. “Kami ingin datang lagi, hanya untuk berkeling-keliling,” kata Cove berjanji kepada penggemar mereka.

Tidak ada komentar: